Sunday, September 5, 2010

Seteguh Cinta Hanzhalah

Malam telah menyelimuti kota Madinah Al Munawwarah, bintang -bintang yang bertaburan membawa kedamaian dan ketenangan serta mimpi indah, yang jelas malam itu sebenarnya malam biasa, tapi tidak sama sekali bagi Hanzhalah bin Abi Amir r.a . Hari itu hari dimana mimpinya terwujud, hari yang lama datangnya hari yang lama ditunggunya hari itu Hanzhalah naik ke pelaminan.

Hanzhalah menikah pada suatu malam yang besok paginya terjadi perang di Uhud
. Hanzhalah minta izin kepada Nabi S.A.W untuk bermalam bersama isterinya. Sementara dia sendiri tidak tahu dengan pasti apakah malam itu malam pertemuan atau justru malam perpisahan. Nabi Muhammad S.A.W memberinya izin untuk menginap malam itu bersama pasangannya.

Manis macam apakah yang ada pada malam itu ? Rahsia apa yang dipendam hari itu dari Hanzhalah? Bersamaan dengan menyembulnya fajar pertama terdengar gemuruh perang, terdengar seorang menyeru dan mengumumkan jihad. Beberapa saat dia timbang-timbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan Akhirat. Akhirnya dia memilih akhirat demi kenikmatannya. Untuk kemudian menyongsong panggilan jihad dan meninggalkan dunia dengan segala isinya.

Waktu itu Hanzhalah r.a masih Junub, belum sempat berhadas besar, melesat memenuhi seruan kebenaran, serta melayang tidak menginjak bumi, Sepasang pengantin malam itu melesat dengan membawa senjatanya untuk bergabung dengan Nabi S.A.W yang sedang menyiapkan barisan Muslimin, menyiapkan hati untuk melakukan transaksi dijalan Allah Hanzhalah masuk pasar syurga ………… Perang sangat dahsyat berkemilau dengan serunya pada awalnya kemenangan diraih tapi tatkala pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka, keadaan berbalik menjadi kacau dan orang-orang musyrik maju.

Akan tetapi beberapa tentera tetap teguh bertahan bersama Rasulullah S.A.W, termasuk di dalamnya Hanzhalah Dia terus menunjukkan dan membuktikan kecintaannya terhadap Allah S.W.T. Dia maju menghadap Abu Sufyan bin Harb dengan cepat dia menebas kaki kuda Abu Sufyan dari belakang sehingga Abu Sufyan terjatuh dia menjatuhkannya dari atas kudanya seakan-akan dia menjatuhkan kebatilan yang telah mencuri kebenaran dan kebatilan yang mengacau akidahnya. Pada saat itu datanglah Syaddad bin Al Aswad membantu Abu Sufyan melawan Hanzhalah r.a, untuk kemudian salah satu dari dua orang itu bisa membunuh hati yang bersih dengan lemparan lembing yang tembus. Abu Sufyan berteriak “ Hanzhalah" dengan Hanzhalah yang maksudnya dia telah membalaskan dendam anaknya yang terbunuh dalam perang Badar. Hanzhalah r.a meninggalkan kita, tetapi bau wangi misik darinya tetap semerbak menyirami jiwa-jiwa generasi sesudahnya agar jiwa yang sedang tertidur menjadi bangkit dengan harapan suatu ketika akan menunggangi kuda-kuda Syahid.


 
Mereka yakin bahwa kesungguhan / kejujuran pada waktu itu adalah kekayaan yang paling berharga. Dan siapa yang sungguh- sungguh jujur dengan Allah tidak akan sia-sia.

Para Sahabat r.a yang masih tersisa mulai mencari saudara-saudara mereka yang masih menanti janji dari langit memilah-milah siapa yang lebih dahulu ke langit. Tangan mereka yang berusaha menyentuh jasad Hanzhalah r.a yang berlumur darah mereka kagum adanya rintik rintik air mengalir dari dahinya seperti butiran-butiran mutiara dan berjatuhan dari sela-sela rambutnya. Ini tentu menjadi misteri Apa maksudnya sampai kemudian para sahabat mendengar suara Nabi S.A.W bersabda : “Sungguh Aku melihat Malaikat memandikan Hanzhalah bin Amir ra antara langit dan bumi dengan air awan dalam bejana terbaut dari perak".
Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan mendapatkan harga syurga. Selamat wahai anda Hanzhalah anda telah mendapat syurga orang-orang Aus, Suku Hanzhalah sangat bangga dengannya kerana dari suku mereka ada yang dimandikan Malaikat.

Sesungguhnya Hanzhalah akan tetap menjadi kebanggaan dan terpatri dalam dada kaum muslimin bukan hanya untuk Aus saja! Semoga Allah redha terhadap Hanzhalah bin Abi Amir r.a.

No comments:

Post a Comment