Monday, December 7, 2009

Tugas Masyarakat Terhadap Masya'ir Islamiyah

Peranan masyarakat Islam terhadap masya'ir Islamiyah itu tergambar dalam beberapa hal berikut ini:
1. Memperkuat masya'ir itu dan meluruskannya serta menyebarkannya dengan segala sarana penerangan dan pendidikan, seperti masjid, sekolah, buku, surat kabar, radio, televisi' dan theater dan seluruh sarana yang dapat merealisasikan tujuan.
Sungguh kita bisa melihat bagaimana Rasulullah memperkuat perasaan bersaudara di antara kaum Muslimin itu dengan berdoa setiap selesai shalat:
"Ya Allah Tuhan kami, dan Rabb segala sesuatu serta pemiliknya, saya bersaksi bahwa sesungguhnya seluruh hamba-Mu itu bersaudara."
Doa ini untuk memperkuat nilai yang besar. Di antara nikmat yang dimiliki oleh kaum Muslimin adalah bahwa pemikiran dan perasaan yang dibawa oleh agama mereka tidak sekedar ide yang cemerlang, tetapi juga disertai dengan syiar-syiar ibadah, dan tata cara kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika kita melihat shalat dalam Islam, maka kita akan mendapatkan. bahwa shalat itu menegaskan secara kontinyu terhadap apa yang didakwahkan oleh Islam, yaitu berupa ta'aruf (saling berkenalan), persaudaraan, cinta dan persamaan hak. Demikian juga puasa dan haji, adab menghormati, mendoakan orang yang bersin, menjenguk orang yang sakit dan lain-lain dari tata cara bermasyarakat yang ditekankan oleh Islam.
2. Mewujudkan perasaan yang Islami dalam realita yang bisa dirasakan dan kondisi-kondisi strategis.
Perasaan kasih sayang dan cinta di antara kerabat harus diwujudkan dalam bentuk silaturahim, saling mengunjungi dan saling menanggung. Hal itu tergambar dalam aturan "nafkah" dalam Islam, yang mewajibkan bagi kerabat yang kaya berinfak kepada kerabatnya yang membutuhkan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknnya." (Al Isra': 26)
"Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah." (Al Ahzab: 6)
Sebagaimana juga aturan waris, dalam firman Allah SWT:
"Bagi laki-laki ada hak bagian dan harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dan harta peninggalan ibu bapa dan kerabataya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan." (An-Nisaa': 7)
Perasaan bersaudara dan cinta....
antar kaum Muslimin wajib diwujudkan dalam bentuk saling memikul beban ma'isyah, saling mendukung dari segi militer, bersatu dalam politik, bekerja sama dalam perekonomian, dengan arti lain hendaklah persaudaraan ini terwujud dalam bentuk seperti zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka untuk diberikan kepada fuqarat mereka, dan juga seperti berjihad yang wajib bagi kaum Muslimin dengan saling menghimpun kekuatan untuk membela setiap bumi Islam yang diinjak-injak oleh telapak kaki musuh yang kafir, juga seperti masalah khilafah yang wajib bagi kaum Muslimin untuk menyatukan qiyadah (kepemimpinan) yang terpancar dari kesatuan aqidah, kesatuan berfikir, kesatuan perilaku dan kesatuan tanah air.
Oleh karena itu kita lihat Rasulullah SAW bahwa yang pertama kali beliau lakukan setelah berhijrah ke Madinah adalah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar dengan persaudaraan yang penuh kasih sayang dan penuh beramal, itulah yang menjadikan mereka saling berbagi rasa dalam suasana suka maupun duka, sehingga diriwayatkan bahwa mereka itu saling mewarisi dengan persaudaraan ini.
Ketika persaudaraan yang khusus ini telah selesai, maka tinggal persaudaraan secara umum yang ada pada masyarakat Islam sebagai gambaran tentang sistem takaful (saling melengkapi) yang unik dengan berbagai macam dan bentuknya dan sistem ta'awun (saling kerja sama) yang syamil (universal) antara seluruh individu dan jamaahnya, itulah ta'awun yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dengan sebaik-baik ilustrasi yaitu seperti bangunan yang saling memperkokoh antara bagian dengan bagian yang lain.
3. Hendaknya masyarakat Islam tidak memberi kesempatan kepada segala sikap yang bertentangan dengan Islam dengan memunculkan dan mempengaruhi dalam masyarakat Islam, bahkan akarnya harus dicabut sehingga tidak akan muncul, dan mengusirnya jika muncul sehingga akan mati dalam sarangnya.
Oleh karena itu kita melihat Rasulullah SAW membebaskan dirinya dari ashabiyah (kesombongan) yang menghilangkan ukhuwah Islamiyah dan Nabi memeranginya dengan terus terang dan tegas karena khawatir terhadap masyarakat Islam yang baru kalau dirusak oleh qabilah jahiliyah yang berlaku dalam kurun waktu yang cukup lama dan menjadikan seseorang itu marah karena anak kabilahnya, baik dalam keadaan benar atau keliru, zhalim atau dizhalimi, karena itu datang suatu hadits yang mulia yang antipati terhadap setiap orang yang mengajak pada ashabiyah atau berperang karena ashabiyah atau mati karena ashabiyah, beliau bersabda:
"Barangsiapa yang berperang di bawah bendera kesombongan di mana ia mengajak untuk berbangga, dan mendukung karena kesombongan, lalu ia terbunuh rnaka matinya mati jahiliyah."
Ketika ada seorang Yahudi jahat berhasil membangkitkan semangat kesombongan jahiliyah antara Aus dan Khazraj pada suatu hari maka Rasulullah memadamkan api fitnah dengan cahaya iman dan mengembalikan mereka pada persaudaraan Islam.
Para ulama ahli tafsir menyebutkan suatu riwayat dari Muhammad bin Ishaq dan lainnya, bahwa ada seorang laki-laki dari Yahudi sedang lewat bertemu dengan kaum Aus dan Khazraj, maka orang itu merusak kesepakatan dan kerukunan yang ada pada mereka. Orang itu mengutus seseorang yang bersama dengannya untuk duduk bersama mereka dan mengingatkan mereka ketika mereka berperang pada hari "Bu'ats" dan yang lainnya pada masa-masa jahiliyah, maka orang yang diutus itu melaksanakan perintahnya, dan terus-menerus melakukannya hingga memanaslah nafsu kaum itu. Mereka saling membenci antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain, mereka bergejolak dan saling memanggil dengan syiar mereka, "Wahai Aus, Wahai Khazraj." Mereka saling mempersiapkan senjata mereka dan saling berjanji untuk bertemu di suatu tempat. Sampai kemudian hal itu terdengar oleh.Rasulullah SAW Maka Rasulullah SAW beserta orang yang bersamanya dari sahabat Muhajirin mendatangi mereka' lalu Nabi bersabda, "Wahai kaum Muslimin, Allah! Allah! (takutlah kalian kepadaAllah) Apakah kalian menyeru dengan seruan jahilyah, sedang saya berada di tengah-tengah kalian? Setelah Allah menunjuki kalian kepada Islam, dan memuliakan kalian dengan Islam, dan memutuskan dan kalian perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dengan Islam itu dan kekufuran, dan mempertemukan hati kalian, lalu kalian mau kembali kepada kekufuran yang dahulu pernah kalian lakukan?!" sehingga kaum itu sadar bahwa itu adalah godaan dari syetan dan tipu daya dari musuh mereka, maka mereka meletakkan senjata dari tangan mereka dan mereka menangis saling berpelukan di antara mereka, kemudian mereka tetap bersama Rasulullah SAW dalam keadaan setia dan taat."10)
Demikianlah yang wajib dilakukan oleh masyarakat Isiam, yakni selalu ingat pada madakhil (pintu-pintu) masuk syetan untuk merusak hati mereka dan membangkitkan di antara mereka seruan-seruan jahiliyah.
Dari sinilah maka masyarakat Islam wajib dibebaskan dari kerasnya pengaruh-pengaruh fanatisme kebangsaan dan Nasionalis yang menyerang kehidupan kaum Muslimin untuk mengganti ukhuwah Islamiyah dan persatuan Islam, dan bertindak sebagai musuh.
Tidak ada kesalahan bagi seorang Muslim untuk mengarahkan perhatiannya yang lebih besar kepada kaumnya yang lebih dekat dan tanah airnya secara khusus, karena ini merupakan pembawaan fithrah, tetapi dalam lingkup ketaatannya secara menyeluruh kepada Islam dan ummatr.ya.
4. Hendaknya masyarakat Islam menutup jendela yang berhembus darinya angin permusuhan dan perpecahan, dan berusaha memberantas berbagai faktor yang merusak nilai-nilai persaudaraan Islam dan merobohkan perasaan yang Islami (solidaritas Islam).
Inilah rahasia Islam mengharamkan ghibah (menggunjing), mengadu domba, menghina terhadap orang lain' dan memasukkan itu semua sebagai kerusakan moral yang merobek tali dan membunuh ruh mahabbah di antara manusia.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orangyang paling aku cintai di antara kamu dan yang paling dekat dariku di akhirat adalah yang paling baik akhlaqnya, dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di akhirat adalah orang yang paling burak akhlaqnya, mereka itulah orang-orang yang tsar-tsaruun (banyak orang), mutafaiqihuun, dan orang-orang yang mutasyaddiquun." (HR. Ahmad dan Thabrani)
Dari sinilah Islam mengingkari perbedaan yang tajam antara individu dan kelompok-kelompok, di mana terdapat kemiskinan yang menonjol di sisi kekayaan yang luas, kemewahan yang berlebihan di sisi ketiadaan yang menyedihkan, karena tidak tergambar dalam kehidupan bersaudara antara si kaya yang tenggelam dalam kenikmatan dan si miskin yang selalu merintih karena kelaparan dan kehausan.
10) Lihat Tafsir Ibnu Katsir dan 'Ruhul Ma'ani'-nya Al Alusi dalam menaLsirkan Surat Ali Imran ayat 100.

Ehsan dari karya Prof.Dr.Yusuf Qardhawi "Sistem Masyarakat Islam Dalam Al-Quran Dan As-Sunnah 

No comments:

Post a Comment